LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
PROSES PRODUKSI I
Disusun oleh :
Nama
: Adam Aprina
NPM
: 20415076
Kelas
: 1IC02
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK MESIN
LABORATORIUM TEKNIK MESIN DASAR
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2015
KATA
PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,karena atas
Rahmat-Nya serta izi-Nyamaka
penyusun dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum “Proses Produksi”. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi besar kita
Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Dari merencanakan dan sampai menyusun dengan terwujudnya penulisan ini, penulis telah banyak mendapat
bimbingan serta arahan dengan baik.
Penulis banyak
mengalami berbagai hambatan dan kesulitan karena keterbatasan kermampuan dan
pengetahuan. Sehubungan dengan hal tersebut penulis menyampaikan rasa hormat
dan terimakasih kepada:
1. Prof. DR. E.S. Margianti, SE,MM,selaku rector.
2. Prof. Drs. Bambang Suryawan selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri.
3. Dr. Sri Poernomo Sari, ST,MT, selaku Dekan Ketua jurusan dan Kepala
Laboraturium Teknik Mesin Menengah.
Laboraturium Teknik Mesin Menengah.
4. Dr. Ridwan, ST, MT, selaku Kordinator Laboraturium Teknik
Mesin Dasar.
5. C. Jarot Y ST, selaku Kepala Laboraturium Teknik Mesin
Dasar.
6. Para Asisten Dan PJ Laboraturium Teknik Mesin Dasar.
7. Kedua orang tua yang telah memberikan bantuan moril maupun materil, dan
8. Teman-teman mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma,
khusunya angkatan 2015.
khusunya angkatan 2015.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan penulisan ilmiah ini.
Penulis menyadari Penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekurangannya, untuk itu sebelumnya penulis mohon maaf yang sebesar –
besarnya dan Semoga Penulisan Ilmiah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan
bagi para pembaca umumnya.
Depok, 1 November 2015
Adam
Aprina
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
…………....………....……………………………………i
DAFTAR ISI …………………………………...………………………………...ii
DAFTAR TABEL………………………………..….…………….…....…….….iii
DAFTAR GAMBAR……………………………..…..……………....………….iv
DAFTAR LAMPIRAN……….……………………..…..……………………..…v
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah………………..….……….……………....1
1.2 Perumusan Masalah ……………………..….………………….......2
1.3 Pembatasan Masalah……………………..….…………………......2
1.4 Tujuan Penulisan…………………………..….………………........3
1.5 Metode Penulisan…………………………..….…………................3
1.6 Sistematika Penulisan Laporan…………………..………............…4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 MesinBubut………………………….....……..……..…………...5
2.1.1 Pengertian…………..……………....…..……..………...…..5
2.1.2 Bagian-bagian mesin Bubut …… ……..……..……...…….6
2.1.3 Ukuran Mesin Bubut ……………………...............…....…..6
2.1.5
Membubut Ulir……………………………..……..…...........9
2.1.6 Macam-macam Pahat dan Kegunaanya...………….............11
2.1.7 Bentuk Pengasahan Pahat…..…………………….…..........11
2.1.8 Kecepatan Potong………….....………….......………….…12
2.1.9
Pengaruh Pemakanan (Feed) Terhadap
Geometri
dan Kekerasan Logam ……....………………......…...……13
dan Kekerasan Logam ……....………………......…...……13
2.2 Mesin Bor..............................................................................24
2.2.1
Definisi Mesin Bor................................….....……..............25
2.2.2
Jenis-jenis Mesin Bor…………………....………….……..26
2.2.4
Jenis-Jenis Mata Bor ……………...……....………..….…27
2.2.5
Bagian-bagian Mesin Bor ….....…....…29
2.2.6 Pemegang
dan Penjepit Benda Kerja........................................30
BAB III PROSES KERJA
3.1 Mesin Bubut…………………………………………...…...…....38
3.1.1 Tujuan Praktikum Mesim Bubut…………….....………....38
3.1.2 Bahan dan Alat Beserta Fungsi……….…….…..........…...38
3.1.3 Proses Kerja………………………………..…...………...39
3.2 ……….....………....42
3.2.1 Tujuan Praktikum Bending…………….…………..……..…..42
3.2.2 Bahan dan Alat Beserta Fungsi……….…………...……...42
3.2.3 Proses Kerja…………………………...……….………...43
3.3
Las Listrik……………………………………………..………...43
3.3.1
Tujuan Praktikum Las Listrik…………………...…...…...43
3.3.2
Bahan dan Alat Beserta Fungsi……….…………………..43
3.3.3
Proses Kerja……………………………………………....44
BAB IV PENUTUP……………………………………………....…………....44
4.1 Kesimpulan……………………………………………………...46
4.2 Saran………………………………………….….……………....46
DAFTAR PUSTAKA………………………………………….……..….............vii
LAMPIRAN…………………………………………………………..…...........viii
LAMPIRAN KARTU PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI 1….....................L-1
LAMPIRAN KARTU RENCANA STUDI (KRS)………………………..........L-2
LAMPIRAN LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI 1……….........L-3
ii
DAFTAR TABEL
1.1 Pembuatan sudut tirus…………………………………........................................7
1.2. Penyayatan Kecepatan Potong Cs dalam Feet atau Menit Untuk Cutter H.S.S..12
1.2. Penyayatan Kecepatan Potong Cs dalam Feet atau Menit Untuk Cutter H.S.S..12
2.1 Suaian
pisau mesin gullotine……………………………………………………….32
iii
DAFTAR
GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Hasil dari Proses
Pembubutan...........................................................4
Gambar 1.2 Mesin Bubut.......................................................................................5
Gambar 1.3 Membuat Tirus dengan Deretan Atas................................................6
Gambar 1.3 Urutan Pembuatan Ulir.......................................................................7
Gambar 1.4 Pembuatan Tirus dengan Menggunakan Tapperaltachment................8
Gambar 1.5 Urutan Pembuatan Ulir......................................................................9
Gambar 1.6 Macam-Macam Bentuk Pahat dan Kegunaannya.............................10
Gambar 1.7 Bentuk Pengasahan Pahat- Pahat Bubut............................................10
Gambar 1.2 Mesin Bubut.......................................................................................5
Gambar 1.3 Membuat Tirus dengan Deretan Atas................................................6
Gambar 1.3 Urutan Pembuatan Ulir.......................................................................7
Gambar 1.4 Pembuatan Tirus dengan Menggunakan Tapperaltachment................8
Gambar 1.5 Urutan Pembuatan Ulir......................................................................9
Gambar 1.6 Macam-Macam Bentuk Pahat dan Kegunaannya.............................10
Gambar 1.7 Bentuk Pengasahan Pahat- Pahat Bubut............................................10
iv
DAFTAR
LAMPIRAN
Halaman
A. Kartu
Rencana Study (KRS)..........................................................................L-1
B.Kartu
Praktikum Laboratorium Teknik Mesin
Dasar...................................L-2
C. Laporan
Mingguan Praktikum........................................................................L-3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Pendidikan teknik mesin diarahkan untuk menjawab kebutuhan industri nasional
akan sarjana rekayasa industri (industrial engineers) yang memiliki
kemampuan pada bidang proses produksi, proses operasi yang efisien dan efektif
untuk menuju yang terbaik (excellence). Ilmu proses produksi merupakan
ilmu yang mempelajari tentang mesin-mesin yang berkaitan erat dengan kegiatan
produksi khususnya pada bidang industri. Selain mempelajari tentang definisi
dari mesin tersebut ilmu ini juga menerangkan cara penggunaan atau
pengoperasian baik dari mesin konvesional maupun non konvesional.
Dalam metode pembelajaran
praktikum didalam laboratorium mempelajari dari beberapa mesin dengan baik
diantaranya adalah pengenalan alat pembubutan, pengelasan, dan bending. Pada
saat praktikum mempelajari banyak hal dari cara pemakaiannya yang baik sesuai
dengan cara etika keselamatan bekerja, cara bertanggung jawab dengan fasilitas
yang telah disediakan dan cara merawat dalam menggunakan alat tersebut.
Sehingga dapat mengambil ilmu yang bermanfaat dengan melakukan suatu nilai cara
menggunakan barang ataupun fasilitas yang baik. Untuk pemecahan masalah disini
pembelajaran praktikum laboratorium teknik mesin dasar sangat bermanfaat sekali
bagi kemampuan akademik mahasiswa dalam ruang lingkup dunia industri khususnya
dalam bidang teknik, praktikum ini sangat berguna untuk menumbuhkan rasa
tanggung jawab akan suatu pekerjaan, disiplin dan tepat waktu.
Banyak ilmu yang dapat diserap
dari pembelajaran praktikum tersebut. Dari mengetahui bagian-bagian komponen
yang ada di dalam praktik tersebut kita dapat mempelajari dari awal proses
kerja sampai akhir proses kerja. Dapat mengubah benda kerja yang dari benda
biasa sampai menjadi bentuk yang sesuai dengan pekerjaan yang telah
asisten laboratorium mesin berikan.
Itulah pengembangan suatu nilai yang dapat
dituju untuk mengenalkan terhadap cara pekerjaan yang baik dalam keselamatan
bekerja dan bertanggung jawab dalam bekerja. Agar metode pembelajaran ini dapat
berguna di dunia kerja.
Hal tersebut
dilakukan karena proses produksi pada dunia industri tidak pernah lepas dari
alat-alat dan mesin-mesin sebagai teknologi dasar yang digunakandalam kegiatan
produksi. Setelah mengetahui dan memahami teknologi tersebut, maka pengetahuan
akan penggunaan dapat diketahui dan maintenance dapat dilakukan dengan
baik, dengan pemahaman yang lebih dapat mengoptimalkan solusi dalam menghadapi
hambatan-hambatan yang ada selama kegiatan produksi tersebut berlangsung.
1.2 Perumusan
Masalah
Perumusan masalah pada laporan
akhir ini menjelaskan tentang tata cara bekerja dengan baik, merawat mesin, dan melatih
kreatifitas . Perumusan masalah pada
laporan akhir ini menjelaskan tentang bagaimana cara pengoperasian mesin. Perumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara kerja
mesin bubut , mesin bor dan mesin frais?
2. Apa langkah-langkah menggunakan mesin bubut , mesin bor dan mesin
frais?
3. Apa saja kendala selama proses praktikum
berlangsung?
1.3 Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum
ini beredasarkan proses pembentukan atau pembuatan
makalah :
1.Mempelajari
dan mengetahui alat-alat dari mesin bubut, mesin frais,
dan mesin bor.
dan mesin bor.
2.Mempelajari dan mengoperasikan mesin
bubut, mesin frais, dan mesin bor yang benar.
3.
Mempelajari proses pembentukan tirus, ulir, lubang dan gerigi pada benda kerja.
4.
Mempelajari rumus – rumus sebelum melakukan pengoprasian mesin.
5.Melatih
keterampilan dalam pengoprasian mesin.
6. Membuat
gambar proses kerja dengan standar gambar
teknik yang benar, serta mempelajari penggunaan software autocad.
teknik yang benar, serta mempelajari penggunaan software autocad.
1.4 Sistematika Penulisan
Berikut adalah sistematika penulisan yang digunakan pada penyusunan
laporan akhir teknik mesin dasar ini :
BAB
I Pendahuluan
Berisi
mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan umum, tujuan khusus, dan
sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori
1.
Berisi teori tentang mesin bubut, baik berupa teori maupun cara pengoperasian
mesin bubut.
2.
Berisi tentang teori mesin bor, baik berupa teori maupun cara pengoprasian
mesin bor.
3.
Berisi tentang teori mesin frais, baik berupa teori maupun cara pengoprasian
mesin frais.
BAB III Proses Kerja
Berisi tentang proses kerja
dari pembuatan tirus, ulir pada benda kerja, lubang pada benda kerja dan
gerigi pada benda kerja.
BAB IV
Penutup
Berisi tentang kesimpulan dan
saran atas praktikum proses kerja yang telah dilaksanakan oleh praktikan.
Dimana kesimpulan dan saran diperoleh setelah kita melakukan praktikum teknik
mesin dasar.
BAB II
LANDASAN TEORI
LANDASAN TEORI
1.1. Mesin Bubut
2.1.1
Pengertian Mesin Bubut
Prinsip kerja mesin bubut adalah
benda kerja yang berputar, sedangkan pisau bubut bergerak memanjang dan melintang. Dari kerja ini dihasilkan
sayatan dan benda kerja yang umumnya
simetris,Pekerjaan-pekerjaan yang umumnya dikerjakan oleh
mesin bubut antara lain:
1.
Membubut luar
4. Membubut permukaan
2.
Membubut dalam
5. Memotong
3.
Membubut tirus
6. Membuat ulir
Gambar 1.1 Hasil dari Proses Pembubutan
1.2.Bagian-bagian Mesin Bubut
Bagian-bagian mesin bubut yang umum
diketahui antara lain :
a. Kepala tetap (head
stoke) :
kepala utama untuk mengatur kecepatan mesin
b. Chuck : untuk
mencekam benda kerja
c. Eretan (carriage) : eretan melintang
d .Kepala lepas (tail
stoke) : untuk menyimpan mata bor dan mencenterkan
pahat
e. Alas (bed) :
sebagai tempat alas untuk mesin
f.Feed Screw : sebagai tempat geram
g. Back Gear :
sebagai gear mesin utama
h. Gear Train :
sebagai gear alas
i. Tempat Memegang Pahat :
sebagai tempat untuk memegang pahat
Gambar 1.2 Mesin Bubut
1.3 Ukuran Mesin Bubut.
Ukuran mesin bubut di tentukan oleh : Panjang
jarak kedua senterya dalam inchi Tinggi di ukur ujung senternya
terhadap alasnya.
Pasang atau
stel kedudukan pahat bubut agar posisi ujung potong pahat tepat pada titik
senter dari kepala lepas.Untuk mengatur posisi tersebut dapat menggunakan ganjal plat tipis atau dengan menggunakan tempat
pahat model perahu (American tool post).Kemudian lanjutkan membubut benda kerja sesuai dengan ukuran yang telah
ditentukan.
1.4. Membubut Tirus.
Untuk tirus luar dan dalam dengan sudut yang besar,
tidak dapat dilakukan dengan otomatis, dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
A. Menggunakan
eretan atas, untuk tirus luar dan dalam dengan sudut yang besar, tidak dapat dilakukan
dengan otomatis, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Rumus : Membuat tirus dengan eratan atas
Tangen α =
|
Dimana : D =
diameter besar
d = diameter kecil
P = panjang tirus
Gambar 1.3 Membuat Tirus dengan Deretan Atas
Setelah diketahui Tg α, maka
besarnya sudut x dilihat pada daftar berikut ini:
X
|
Tg
|
X
|
Tg
|
X
|
Tg
|
X
|
Tg
|
X
|
Tg
|
X
|
Tg
|
X
|
Tg
|
X
|
Tg
|
X
|
Tg
|
1
|
20
|
11
|
194
|
21
|
383
|
31
|
600
|
41
|
869
|
51
|
1234
|
61
|
1804
|
71
|
2904
|
81
|
6313
|
2
|
38
|
12
|
212
|
22
|
404
|
32
|
624
|
42
|
900
|
52
|
1279
|
62
|
1880
|
72
|
3077
|
82
|
7115
|
3
|
5 2
|
13
|
230
|
23
|
424
|
33
|
649
|
43
|
932
|
53
|
1327
|
63
|
1962
|
73
|
3270
|
83
|
8114
|
4
|
70
|
14
|
249
|
24
|
445
|
34
|
674
|
44
|
965
|
54
|
1378
|
64
|
2050
|
74
|
3487
|
84
|
9814
|
5
|
87
|
15
|
267
|
25
|
466
|
35
|
700
|
45
|
1000
|
55
|
1428
|
65
|
2144
|
75
|
4010
|
85
|
1143
|
6
|
105
|
16
|
286
|
26
|
487
|
36
|
726
|
46
|
1035
|
56
|
1482
|
66
|
2246
|
76
|
4331
|
86
|
1430
|
7
|
122
|
17
|
305
|
27
|
509
|
37
|
753
|
47
|
1072
|
57
|
1540
|
67
|
2355
|
77
|
4704
|
87
|
J 908
|
8
|
140
|
18
|
324
|
28
|
531
|
38
|
781
|
48
|
1110
|
58
|
1600
|
68
|
2475
|
78
|
5144
|
88
|
2863
|
9
|
158
|
19
|
344
|
29
|
554
|
39
|
809
|
49
|
7750
|
59
|
1664
|
69
|
2605
|
79
|
5144
|
89
|
5729
|
10
|
178
|
20
|
364
|
30
|
577
|
40
|
839
|
50
|
1191
|
60
|
1732
|
70
|
2747
|
80
|
5671
|
90
|
Tabel.1.1 Pembuatan
Sudut Tirus
Keterangan
:
Angka Tg didalam table untuk :
X no 1 - 84 dalam per 1000 (/1000)
X no 85 - 89 dalam per 100 (/100)
Menggeser kepala lepas bagian atas secara melintang, hanya untuk tirus luar
dengan sudut kecil dapat
dilakukan dengan otomatis, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
X=
|
Dimana: P = panjang seluruh kerjaan
p = panjang tirus
D = diameter besar
d = diameter kecil
X = penggeseran dari kepala lepas
p = panjang tirus
D = diameter besar
d = diameter kecil
X = penggeseran dari kepala lepas
B. Menggunakan
tapperattachment untuk tirus luar dan dalam dengan sudut kecil, dapat dilakukan dengan otomatis untuk menghitung besarnya
sudut dengan rumus seperti cara pertama.
Gambar 1.4 Pembuatan Tirus dengan Menggunakan Tapperaltachments
1.5.
Membubut
Ulir
Pada umumnya bentuk ulir adalah segitiga atau V (ulir metrik dengan sudut 60° dan ulir withworth 55°), segi
empat dan trapesium (sudut ulir 29°). Cara membubut ulir segitiga adalah
sebagai berikut:
1. Bubutlah diameter ulir.
2. Bubutlah alur pembebas sedalam atau lebih
sedikit dari dalamnya ulir.
3. Pinggulah ujung dari benda kerja.
4. Serongkan eretan atas setengah dari sudut ulir yang akan dibuat dan
pasanglah
pahat ulir.
pahat ulir.
5. Ambillah mal ulir yang akan dibuat.
6. Tempatkanlah ujung pahat tegak lurus terhadap
benda kerja.
7. Kencangkan baut-baut penjepit bila pahat
sudah sama tinggi dengan senter dan
lurus dengan benda kerja.
lurus dengan benda kerja.
8. Tempatkan tuas-tuas pengatur transporter menurut table sesuai dengan
banyaknya ulir yang akan dibuat.
banyaknya ulir yang akan dibuat.
9. Masukkan roda gigi agar mesin
jalannya secara ganda.
10. Jalankan mesin dan kenakan ujung pahat sampai benda kerja tersentuh.
11. Hentikan mesin dan tariklah eretan kekanan.
12. Putarlah cincin pembagi, sehingga angka 0 segaris dengan angka 0 pada
eretan
Gambar 1.5 Urutan Pembuatan Ulir
1. Majukan eretan lintang 3
garis pada cincin pembagi, maka pahat maju untuk
penyayatan.
penyayatan.
2. Putar cincin pembagi
sehingga angka 0 lagi dan eretan lintang tidak boleh
bergerak.
bergerak.
3.
Jalankan mesin.
4.
Masukkan tua penghubung transporter pada waktu salah satu angka pada
penunjuk ulir bertepatan dengan angka 0.
penunjuk ulir bertepatan dengan angka 0.
5. Bila pahat sudah masuk pada
pembebas, putarlah kembali eretan lintang
sehingga pahat bebas dari benda kerja.
sehingga pahat bebas dari benda kerja.
6.
Kembalikan eretan.
7.
Hentikan mesin.
8.
Periksalah jarak ulir dengan mal ulir yang sesuai dengan jumlah gangnya.
9.
Kembalikan ujung pahat pada kedudukan semula dengan memutar eretan lintang
sehingga angka 0 segaris dengan angka 0 pada cincin pembagi.
sehingga angka 0 segaris dengan angka 0 pada cincin pembagi.
10.Majukan pahat ulir untuk
penambahan penyayatan sebanyak 3 garis dengan
memutar eretan atas.
memutar eretan atas.
11.
Kembalikan cincin
pembagi pada angka 0 segaris dengan angka 0.
12.
Jalankan mesin.
13. Hubungkan tuas penghubung
bila ujung pahat sampai pada saat angka semula
berhadap dengan angka 0.
berhadap dengan angka 0.
14. Lepaskan tuas penghubung
bila ujung pahat sampai pada alur pembebas
sambil eretan lintang kebelakang.
sambil eretan lintang kebelakang.
15.
Kembalikan eretan lintang pada kedudukan semula dengan tangan.
16. Lakukan berulang-ulang
seperti yang diterangkan dalam no. 21 s/d 27 sampai
selesai.
Catatan
:
Dengan
memajukan pahat ulir oleh eretan lintang, maka mengurangi gesekan pahat.Untuk penghalusan pembuatan ulir,
eretan lintang kita gerakan cukup
dengan menambah 1 garis dari cincin pembagi darikedudukan semula dan eretan atas tidak dirubah kedudukannya, sehingga
penyayatan seluruh bidang dari ulir mendapat gesekan yang kecil. Lakukan
hal ini 2 sampai 3 kali dengan menambah penyayatan sehingga hasil dari ulir
akan bagus. Setiap memulai pembubutan harus menggunakan lonccng (thread dial)
yaitu pada saat akan memulai pembubutan, jarum dengan angka yang telah ditentukan harus tepat bertemu, langsung handle
otomatis dijalankan, bila sampai ulir, handle dilepas.
1.6.
Macam-macam Pahat dan
Kegunaannya
Agar sesuai dengan penggunaannya seperti kekerasan bahan, bentuk dan jenis benda kerja, maka pahat bubut dibuat
sedemikian rupa sehingga masing-masing
memiliki spesifikasi, lihat gambar dibawah ini.
Gambar
macam-macam bntuk pahat dan kegunaannya
Macam-Macam
Pahat:
1.
Pahat kiri 4. Pahat papak
7. Pahat bubut kasar
2. Pahat potong 5. Pahat bentuk bulat 8. Pahat pinggul kanan
3. Pahat alur
6.
Pahat bubut kasar
9. Pahat bubut muka
1.7
Bentuk
Pengasahan Pahat
Untuk pembubutan yang baik dan mengatasi keausan dari mata pahat, kita
harus mengetahui cara pengasahan pahat.
harus mengetahui cara pengasahan pahat.
Gambar 1.7 Bentuk Pengasahan Pahat Pahat Bubut
1.8. Kecepatan Potong
Putaran mesin pada waktu membubut tergantung dari
diameter bahan dan kecepatan
memotong, sedangkan kecepatan potong tergantung dari kekerasan bahan.Untuk mengebor putaran ditentukan dari
diameter bornya.Angka untuk kecepatan potong dicari dari table.
Dengan
mempergunakan rumus :
N =
|
Cs = Kecepatan potong, dapat dilihat dalam table
(ft/men)
D
= Diameter bahan dalan inchi
n
= Putaran mesin (rpm)
Tabel
penyayatan dapat pula dicari dengan rumus :
t
=
Kecepatan
memotong juga dapat ditentukan dengan rumus :n =
n
= Putaran mesin (rpm)
Cs
= Kecepatan potong (m/menit)
D
= Diameter benda kerja dalam meter
Bahan
yang digunakan
|
Untuk pekerjaan
|
Untuk
memotong
|
Bahan
pendingin yang digunakan
|
|||||
digunakan
|
Bor
|
Bubut
|
Skrap
|
Frais
|
Kasar
|
Halus
|
Ulir
|
yang
digunakan
|
Mild steel
|
80
|
100
|
65
|
100
|
90
|
100
|
35
|
Soluble oil
|
Hc steel
|
40
|
50
|
40
|
80
|
70
|
90
|
30
|
Soluble oil
|
Cast iron
|
50
|
50
|
40
|
80
|
60
|
80
|
25
|
Tanpa
coolant
|
Stainles
steel
|
65
|
65
|
50
|
90
|
80
|
95
|
30
|
Soluble oil
|
Brass
|
160
|
190
|
100
|
300
|
150
|
200
|
50
|
Tanpa
coolant
|
Capper
|
180
|
100
|
100
|
300
|
180
|
250
|
50
|
Terpenting/korosin
|
Bronze
|
65
|
65
|
50
|
100
|
30
|
100
|
25
|
-
|
Alumunium
|
100
|
330
|
130
|
500
|
200
|
300
|
50
|
-
|
Zink
|
100
|
130
|
100
|
260
|
150
|
200
|
45
|
-
|
Plastic
|
160
|
160
|
180
|
200
|
140
|
200
|
40
|
-
|
Tol steel
|
30
|
50
|
30
|
50
|
50
|
75
|
20
|
Soluble oil
|
Tabel
1.2.Penyayatan
kecepatan
Potong Cs
dalam feet atau Menit untuk Cutter
H.S.S
H.S.S
1.9.
Pengaruh pemakanan (feed) terhadap geometri dan kekerasan logam.
Geram merupakan bagian dari
material yang terbuang ketika dilakukan sebuah proses pemesinan. Dalam proses metal
cutting akan selalu dijumpai istilah kecepatan potong (Speed),
kecepatan makan (Feed) dan kedalaman potong (Depth of Cut) untuk
menjelaskan masalah tersebut ilustrasinya akan menggunakan proses bubut (turning).
Geram terbentuk akibat timbulnya tegangan (stress) di daerah di
sekitar konsentrasi gaya penekanan mata potong pahat. Tegangan pada benda kerja
tersebut pada salah satu arah akan terjadi tegangan geser (shearing stress)
yang maksimum. Apabila tegangan
geser ini melebihi kekuatan logam yang bersangkutan maka akan terjadi deformasi
plastis (perubahan bentuk) yang menggeser dan memutuskan benda kerja di
ujung pahat pada satu bidang geser (shear plane).
|
Gambar1.8. Proses terbentuknya
chip (geram)
1.9.2. Jenis Geram (chip)
Dilihat dari ukuran pajang pendeknya adalah :
A.Chip Discontinous
Gambar 1.9 Chip
Discaountinous
B.Geram Continous
Gambar 2.0
Chip Continous
C.Geram Continous dengan built up edge (BUE)
Gambar 2.1 Gram
Continous dengan Buit Up Edge
1.9.3 Perhitungan dalam Proses Pemesinan
Diagram dari proses pemotongan diberikan pada gambar berikut.
Gambar 2.9 Diagram Proses Pemotongan
Diagram Proses Pemotongan
tc = chip thickness (Ketebalan
geram); mm
to = tebal geram mula –
mula;mm
φ = Shear angle
α = Rake angle
Perhitungan dalam proses pembentukan chip.
Sebelum dilakukan proses pemesinan
1. Lebar pemotongan
b
=
(mm)
Di mana Ï„ k merupakan sudut potong utama (principle cutting edge angle).
2. Tebal geram
H = f sin Ï„ k (mm)
Sesudah dilakukan proses pemesinan
1.Rasio Pemampatan geram
Rasio pemampatan geram dirumuskan dengan:
λ
=
Jika rasio pemampatan geram semakin tinggi maka nilai sudut geser semakin
besar pula.
2. Shear plane angle (sudut
geser)
Sudut geser (shear angle)
dirumuskan
Cot φ =
di mana:
tc= lebar geram sesudah pemotongan
(mm)
t0= tebal geram mula-mula (mm)
Dalam proses pemotongan sudut geser sangat ditentukan oleh sudut geram (rake
angle).
3.
Shear strain
Shear strain menunjukkan banyaknya deformasi plastis yang terjadi,
dirumuskan dengan:
dirumuskan dengan:
γ
=
4. Luas penampang bidang geser
Luas penampang bidang geser yang terjadi,
Ashi =
(mm2)
|
dirumuskan dengan
Dimana :
A = b.h (mm2)
b = lebar geram (mm)
h = tebal geram sebelum dilakukan
pemotongan (mm)
b
=
(mm)
h = f . sin kτ (mm)
1.9.5
Pengaruh Pemakanan (Feed)
Terhadap Geometry Geram
Pemakanan (feed) yang tinggi akan menyebabkan kenaikan luas penampang
bidang geser. Kenaikan luas penampang bidang geser akan menurunkan nilai sudut
geser (shear angle). Turunnya sudut geser justru akan menaikkan rasio
pemampatan geram. Dengan demikian feed yang tinggi akan menaikkan rasio
pemampatan geram. Rasio pemampatan geram sendiri merupakan perbandingan tebal
geram yang dihasilkan dengan tebal geram mula-mula.
dengan bertambahnya feed akan menambah pula luas penampang geram. Sedangkan
dilihat dari bentuk geram yangdihasilkan dapat diketahui bahwa pemakanan (feed)
bepengaruh terhadap bentuk geram yang dihasilkan. Continous chip terjadi
pada proses pemesinan dengan pemakanan (feed) yang tinggi. Sedangkan
discontinous chip terjadi pada pemakanan(feed) rendah. Tetapi hal ini juga
dipengaruhi oleh sifat material benda kerja.
1.9.6 Pengaruh Pemakanan (feed)
Terhadap Sifat Mekanik Geram
Dengan bertambahnya Pemakanan (feed) akan menurunkan temperatur
pemotongan.. Padahal bertambahnya temperatur akan menyebabkan terjadinya
pelunakan oleh sebab tidak mantapnya struktur sel. Proses pelunakan ini dikenal
dengan proses annealing.
Gambar 3.2 Hubungan
Temperatur dan Sifat Material pada Pengerjaan Dingin
Keterangan :
a = Regangan Iintern
c = Keuletan
b = Kekuatan
d = Ukuran Butir
Hubungan Temperatur dan sifat material pada pengerjaan dingin
1.9.7 Mampu Mesin (Machinability)
Mampu mesin dapat didefinisikan dengan mudah tidaknya suatu material untuk
di mesin atau dengan kata lain kemampuan material untuk di mesin. Mampu mesin
suatu benda kerja sering diiukur dengan jumlah komponen yang mampu dihasilkan
perjam, biaya proses pemensinan, atau kualitas akhir dari proses pemesinan.
Mampu mesin dari suatu material dapat diukur dengan salah satu faktor di bawah
ini.
1.Tool life : umur pahat .
2.Limiting rate pada metal
removal hal ini berkaitan dengan laju maksimum
material yang dapat dimesin dengan standar pendeknya umur pahat.
material yang dapat dimesin dengan standar pendeknya umur pahat.
3.Gaya pemotongan (cutting
force) menyatakan gaya yang bekerja pada pahat
yang diukur denganmenggunakan dynamometer.
yang diukur denganmenggunakan dynamometer.
4.Permukaan akhir (surface
finish) menunjukkan permukaan akhir yang
mampu dicapai pada kondisi pemesinan tertentu.
mampu dicapai pada kondisi pemesinan tertentu.
5.Geram yang
terbentuk.
Gambar 3.3 Faktor yang MempengaruhiMachinability
terputusputus karena geram melilit pada benda kerja dan pada pahat. Geram
yang terbentuk adalah straight chip (seperti pita), yang menandakan
bahwa material tersebut lunak. Pada Geram Stainless Steel 304 sebagian memiliki
bentuk infinite helix chip (berbentuk spiral) yang memiliki jari –jari
spiral yang kecil. Pada St 60 dan St 90 geram yang terbentuk memiliki bentuk snarling
chip (keriting) yang menunjukkan bahwa material tersebut adalah keras.Pada
benda kerja yang ulet menghasilkan geram yang continuous.Keuntungannya
membutuhkan gaya permesinan yang lebih rendah.
1.9.9 Hubungan Gaya Geser
Laju Regangan dan Kerja pada Bidang Geser
Geram terputus karena adanya tegangan geser (shearing stress) yang
bekerja pada bidang geser (shear plane) dan melebihi kekuatan
logam/benda kerja. Apabila gaya geser besar maka kerja yang terjadi pada bidang
geser juga akan semakin besar.
F = Ashi.Ï„shi
|
Di mana :
Ashi =
Luas penampang bidang geser
Ï„
= Tegangan geser (shear stress) pada bidang geser, sehingga gaya
geser dapat ditulis dengan:
geser dapat ditulis dengan:
Dari rumus di atas maka dapat diketahui bahwa nilai gaya geser
dipengaruhi
oleh :
oleh :
-
Luas penampang geram sebelum terpotong (A = a.f)
apabila nilainya semakin besar maka gaya juga akan semakin besar. Padahal luas
penampang geram dipengaruhi oleh pemakanan (feed). Maka jika pemakanan
semakin besar maka akan mengakibatkan gaya geser semakin besar pula.
-
Tegangan geser dari benda kerja nilainya
tergantung dari kekuatan tarik benda kerja, semakin besar kekuatan tariknya
maka nilai tegangan geser juga akan semakin besar.
-
Sudut geser (shear angle) yang semakin besar
akan memberikan gaya potong yang besar.
Tap
Tap adalah suatu alat yang berfungsi untuk membuat
ulir dalam (ulir untuk mur). Khususnya ulir yang berdiameter kecil. Macam-macam
TAP : tap nomer 1 ( Taper) yaitu ujung sangat tirus ,dipergunakan untuk
mengetap permukaan benda kerja. tap nomer 2 ( plug) yaitu ujung agak tirus atau
hanya sedikit pemakaianya setelah tap nomer 1. tap nomer 3 (dhoming) yaitu
ujungnya tidak tirus dipakai setelah tap nomer 1 dan 2 juga untuk membuat ulir
pada lubang yang tidak tembus. Pada tap ini selain gigi ulir dan alur terdapat
juga tanda ukuranya. Misal: HSS-5/8’’-11. tanda ini mempunyai arti sebagai
berikut ; 1. HSS yaitu bahan Tap terbuat dari baja cepat tinggi 2. 5/8’’ yaitu
garis tengah tap yaitu 5/8’’ 3. 11 yaitu banyak ulir tiap inchi (‘’) Cara
Menggunakan TAP : Borlah permukaan Benda Kerja (BK) sampai tembus/ sesuai
ukuran. Diameter (d) Bor sesuai diameter nominalnya. misal akan membuat ulir
dengan ukuran M10x1.25 maka d bor yang digunakan d=8.75 (10-1.25) Tap nomer 1
dipasang pada pemutar tap di tengahbenda kerja taplah benda tersebut dengan
langkah langkah : a. kedudukan tap harus tegak lurus terhadap benda kerja b.
tekanlah tap itu dengan pelan pelan c. apabila susah terasa makan 1 maka
seterusnya tidak perlu lagi tap itu ditekan d. putarlah tap itu kembali setiap sesudah
makan maksudnya agar tatalnya putus dan meringankan tap dan daya tahan tap
setiap. e. putarlah tap secara balak balik sampai pada tat yang terakhir. f.
untuk pekerjaan yang lebih bagus dalam pemakaian tap tersebut harus berulang
ulang dan bergantian. Misal untuk pemakaian yang pertama kita harus memakaia
tapper, setelah pemakaian tapper ( tap nomer1) dilanjutkan pekerjaan proses (
work procesing) dengan tap plug ( tap nomer 2 ), stelah kita memkai tap nomer 2
pekerjaan selanjutnya yaiti pekerjaan penyelesaian ( work finish /finishing)
dengan tap dhomming atau tap nomer 3.
Sney
SNEY Sney adalah suatu alat yang berfungsi untuk
membuat ulir luar (ulir untuk baut). Khususnya ulir yang berdiameter kecil.
Cara mengunakan Sney : 1. BK yang akan disney harusnya sudah memiliki diameter
nominal yang sesuai, misal M10x1.25 maka BK harus berdiameter 10mm. 2. BK
dijepit pada ragum. Posisi benda yang dijepit pada ragum tidak boleh miring
sedikitpun. Jika miring sedikit maka hasil sney tidak akan sejajar dan tidak akan
cocok apabila dimasukan mur serta jika telah selasai disney maka sney tersebu
tidak akan masuk ke baut atau hasil sney yang kita sney. 3. sebelum kita jepit
pada ragum benda yang kita akan sney kita champer dahulu dengan alasan pada
waktu sney dimasuukan terhadap benda kerja akan dampang untuk memutar atau
menekan sney pada waktu pengerjaan pertama kali. 4. benda keja terhadap ragum
haru 90 derajat. 5. tekanlah sney itu dengan pelan pelan. 6. apabila susah
terasa makann 1 maka seterusnya tidak perlu lagi tap itu ditekan 7. putarlah
sney itu kembali setiap sesudah makan maksudnya agar tatalnya putus dan
meringankan sney dan daya tahan tap setiap 8. pemutaran sney tersebut dengan
bolak balik setelah pemakanan atau setiap selesai sney setia 45 derajat 9. putarlah
sney secara balak balik sampai pada tat yang terakhir.
Mesin Bor
3.1 Definisi Dan Fungsi Mesin Bor
Mesin
bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong yang arah
pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan pelubangan).
Sedangkan Pengeboran adalah operasi menghasilkan lubang berbentuk bulat dalam
lembaran-kerja dengan menggunakan pemotong berputar yang disebut bor dan
memiliki fungsi untuk Membuat
lubang, Membuat lobang bertingkatm, Membesarkan lobang, Chamfer.
Gambar
3.1 Mesin bor
3.2 Jenis-Jenis
Mesin Bor
1. Mesin Bor Meja
Mesin bor meja adalah mesin bor yang diletakkan
diatas meja. Mesin ini digunakan untuk membuat lobang benda kerja dengan
diameter kecil (terbatas sampai dengan diameter 16 mm). Prinsip kerja mesin bor
meja adalah putaran motor listrik diteruskan ke poros mesin sehingga poros
berputar. Selanjutnya poros berputar yang sekaligus sebagai pemegang mata bor
dapat digerakkan naik turun dengan bantuan roda gigi lurus dan gigi rack yang
dapat mengatur tekanan pemakanan saat pengeboran.
2. Mesin Bor Lantai
Mesin bor
lantai adalah mesin bor yang dipasang pada lantai. Mesin bor lantai disebut
juga mesin bor kolom. Jenis lain mesin bor lantai ini adalah mesin bor yang
mejanya disangga dengan batang pendukung. Mesin bor jenis ini biasanya
dirancang untuk pengeboran benda-benda kerja yang besar dan berat.
3. Mesin
Bor Radial
Mesin bor
radial khusus dirancang untuk pengeboran benda-benda kerja yang besar dan
berat. Mesin ini langsung dipasang pada lantai, sedangkan meja mesin telah
terpasang secara permanen pada landasan atau alas mesin.
4. Mesin
Bor Koordinat
Mesin bor
koordinat pada dasarnya sama prinsipnya dengan mesin bor sebelumnya.
Perbedaannya terdapat pada sistem pengaturan posisi pengeboran. Mesin bor
koordinat digunakan untuk membuat/membesarkan lobang dengan jarak titik pusat
dan diameter lobang antara masing-masingnya memiliki ukuran dan ketelitian yang
tinggi. Untuk mendapatkan ukuran ketelitian yang tinggi tersebut digunakan meja
kombinasi yang dapat diatur dalam arah memanjang dan arah melintang dengan
bantuan sistem optik. Ketelitian dan ketepatan ukuran dengan sisitem optik
dapat diatur sampai mencapai toleransi 0,001 mm.
3.3 Bagian-Bagian
Mesin Bor
1. Cekam
Bor
Cekam bor
digunakan untuk memegang mata bor bertangkai silindris. Biasanya cekam ini
mempunyai 2 atau 3 rahang penjepit. Ukuran cekam bor ditunjukkan oleh diameter
terbesar dari mata bor yang dapat dijepit.
2. Sarung
Pengurung/Sarung Tirus
Mata bor yang bertangkai tirus dapat
dipegang oleh sarung pengurung yang berlobang tirus. Oleh karena tangkai dan
sarung berbentuk tirus, maka pada saat mata bor ditekan, ia akan saling
mengunci.
Lobang
dan tangkai tirus dibuat menurut tirus morse, yaitu ketrirusan menurut standar
internasional.
Tabel 3.1 Ukuran tirus
MORSE
|
DIAMETER
TIRUS TERBESAR
|
Morse 1
|
12,20 mm
|
Morse 2
|
18,00 mm
|
Morse 3
|
24,10 mm
|
Morse 4
|
31,60 mm
|
3.4 Pemegang
dan Penjepit Benda Kerja
1. Ragum Tangan
Ragum tangan
dapat dibuka dan dikunci dengan kekuatan tangan. Benda kerja yang dapat dijepit
oleh ragum tangan harus berukuran kecil dan terbatas sampai pada diameter ± 6
mm.
2. Ragum
Mesin
Benda kerja yang besar tidak dapat
dipegang oleh tangan karena gaya pemotongannya semakin besar, maka digunakan
ragum mesin.
3. Meja Mesin
Penjepitan benda kerja pada meja mesin
umumnya dilakukan apabila benda kerja tidak mungkin di jepit oleh ragum. Teknik
penjepitan benda kerja menggunakan baut pengunci T yang mana baut ini
dimasukkan ke dalam alur meja mesin bor.
4. Tangan
Pemegangan benda kerja dengan tangan dapat
dilakukan untuk benda kerja yang kecil dan panjang serta lobang yang dibuat
tidak dalam dan berdiameter kecil.
3.5 Jenis-Jenis
Mata Bor
Ø Mata Bor Spiral
Disebut mata bor spiral karena mata
bor ini mempunyai alur potong melingkar yang berbentuk spiral sepanjang badan.
Mata bor spiral mempunyai dua bagian utama yaitu mata potong dan sudut
pemotong.
Mata bor spiral dibuat dari bahan
baja karbon, baja campuran, baja kecepatan tinggi dan karbida. Bentuk badan
mata bor ini tidak silindris tetapi berbentuk tirus dari ujung sampai batas
tangkai dengan kenaikan 0,05 mmsetiap kenaikan panjang 100 mm.
Mata bor spiral terdapat dua macam
bentuk tangkai, yaitu tangkai berbentuk silindris dan tangkai yang
berbentuk tirus. Alur spiral mempunyai sudut tatal dan dapat mempercepat
keluarnya bram selama pengeboran. Mata potong terdiri dari dua buah bibir
pemotong. Tebal bor merupakan tulang/punggung yang berbentuk spiral , bagian
ini terdapat di kedua alur pemotong. Sisi pemotong terdapat sepanjang alur
pemotong dan ini dapat menentukan ukuran bor.
3.6 Mata
Pemotong
Mata potong
terdiri dari dua bagian, yaitu bibir pemotong dan sisi pemotong. Bibir pemotong
mata bor terdapat dua buah yang terletak antara dua sisi pemotong yang saling
berhadapan. Kedua sisi pemotongan ini diasah hingga membentuk sudut yang
bervariasi sesuai dengan bahan yang di bor.
Tabel 3.2 Sudut mata bor
BESAR
SUDUT
|
BAHAN
|
500-800
|
Kuningan, Perunggu
|
1180
|
Baja, Besi Tuang, Baja Lunak, Baja Tuang
|
1400
|
Baja Keras
|
3.7 Kecepatan
Potong Pengeboran
Kecepatan
potong ditentukan dalam satuan panjang yang dihitung berdasarkan putaran mesin
per menit. Atau secara defenitif dapat dikatakan bahwa kecepatan potong adalah
panjangnya bram yang terpotong per satuan waktu.
Setiap jenis
logam mempunyai harga kecepatan potong tertentu dan berbeda-beda. Dalam
pengeboran putaran mesin perlu disesuaikan dengan kecepatan potong logam. Bila
kecepatan potongnya tidak tepat, mata bor cepat panas dan akibatnya mata bor
cepat tumpul atau bisa patah.
BAHAN
|
KECEPATAN
POTONG (m/menit)
|
Alumunium Campuran
Kuningan
Campuran
Perunggu
Tegangan Tinggi
Besi Tuang
Lunak
Besi Tuang
Menengah
Besi Tuang
Keras
Tembaga
Baja Karbon
Rendah
Baja Karbon
Sedang
Baja Karbon
Tinggi
Baja
Perkakas
Baja Campuran
|
60 – 100
30 – 100
25 – 30
30 – 50
25 – 30
10 – 20
20 – 30
30 – 50
20 – 30
15 – 20
10 – 30
15 – 25
|
Tabel 3.3 Harga kecepatan mata bor dari bahan
HSS
Untuk
mendapatkan putara mesin bor per menit ditentukan berdasarkan keliling mata bor
dalam satuan panjang . Kemudian kecepatan potong dalam meter per menit dirubah
menjadi milimeter per menit dengan perkalian 1000. akhirnya akan diperoleh
kecepatan potong pengeboran dalam harga milimeter per menit.
Dalam
satu putaran penuh, bibir mata bor (Pe) akan menjalani jarak sepanjang garis
lingkaran (U). Oleh karena itu, maka
Dimana:
U = Keliling bibir mata potong bor
D = Diameter mata bor
P = 3.1
Jarak
keliling pemotongan mata bor tergantung pada diameter mata bor.Waktu pemotongan
juga menentukan kecepatan pemotongan. Oleh karena itu jarak yang ditempuh oleh
bibir pemotong mata bor harus sesuai dengan kecepatan putar mata bor.
Berdasarkan hal tersebut maka jarak keliling bibir pemotongan mata bor (U)
selama n putaran per menit dapat dihitung dengan rumus:
U = p x d x n
Dimana:
U
= keliling bibir potong mata bor
D
= Diameter mata bor
N
= putaran mata bor per menit
Biasanya
kecepatan potong dilambangkan dengan huruf V dalam satuan meter per menit.
Jarak keliling yang ditempuh mata bor adalah sama dengan jarak atau panjangnya
bram yang terpotong dalam satuan panjang per satuan waktu.
Berdasarkan
hal tersebut maka jarak keliling yang ditempuh mata potong bor (U) sama dengan
panjangnya bram terpotong dalam satuan meter per menit. Berarti kecepatan
potong sama dengan jarak keliling pemotongan mata bor. Maka:
|
3.8 Pemakanan
Pengeboran
Pemakanan adalah jarak
perpindahan mata potong bor ke dalam lobang/benda kerja dalam satu kali putaran
mata bor. Besarnya pemakanan dalam pengeboran dipilih berdasarkan jarak
pergeseran mata bor dalam satu putaran, sesuai dengan yang diinginkan.
Pemakanan juga tergantung pada bahan yang akan dibor,
kualitas lubang
yang dibuat, kekuatan mesin yang ditentukan berdasarkan diameter mata bor.
Tabel 3.4
Besarnya pemakanan
berdasarkan diameter mata bor
Diameter
Mata Bor (mm)
|
Besarnya
Pemakanan Dalam Satu
Kali
Putaran (mm)
|
- 3
3 – 6
6 – 12
12 – 25
25 – dan
seterusnya
|
0.025 –
0.050
0.050 –
0.100
0.100 –
0.175
0.175 –
0.375
0.375 –
0.675
|
Mesin Frais
Pengertian
Mesin frais adalah mesin perkakas untuk mengerjakan/menyelesaikan
permukaan suatu benda kerja dengan mempergunakan pisau sebagai alatnya. Pada
mesin frais, pisau terpasang pada arbor dan diputar oleh spindle. Benda kerja
terpasang pada meja dengan bantuan catok (vice)
atau alat bantu lainnya.
Meja bergerak vertical (naik-turun), horizontal
(maju-mundur dan kekiri-kekanan). Dengan gerakan ini maka dapat menghasilkan
benda-benda seperti pembuatan :
Ø Bidang rata
Ø Alur
Ø Roda gigi
Ø Segi banyak beraturan
Ø Bidang bertingkat
Ø Dan lain-lain
Gambar 3.1 Bentuk-bentuk Hasil Frais
|
Sesuai dengan keperluannya, mesin frais
dibagi dalam 2 golongan besar yaitu : Mesin frais baku dan Mesin frais khusus. Mesin frais baku dibagi lagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu :
a.
Mesin frais meja, dan
b.
Mesin fraislutut dan tiang
Mesin-mesin frais yang tergolong jenis mesin
frais lutut dan tiang diantaranya ialah :
Ø Mesin frais horizontal
Ø Mesin frais vertical
Ø Mesin frais universal
Pada mesin frais horizontal, meja dari
mesinnya hanya dapat digerakan pada tiga arah, yaitu : arah membujur, arah
melintang dan arah tegak.
Sedang pada mesin frais tegak letak sumbu
utama spindelnya tegak lurus terhadap meja mesin. Dengan perlengkapan kepala
tegak yang dapat diputar-putar, maka kedudukan spindel sumbu utama dapat dibuat
menyudut terhadap meja mesin. Mesin frais jenis ini banyak digunakan untuk
melakukan pekerjaan-pekerjaan yang mempergunakan frais sisi atau frais jari.
Sedang untuk frais universal, meja dari mesin
ini pada mesin horizontal hanya meja universal dapat diputar mendatar dan
membentuk sudut 450 kearah tiang mesin.
Tenaga untuk pemotongan berasal dari
energi listrik yang diubah menjadi gerak utama oleh sebuah motor listrik,
selanjutnya gerakan utama tersebut akan diteruskan melalui suatu transmisi
untuk menghasilkan gerakan putar pada spindel mesin milling.
Spindel mesin milling adalah
bagian dari sistem utama mesin milling yang bertugas untuk memegang
dan memutar cutter hingga menghasilkan putaran atau gerakan
pemotongan.
Gerakan pemotongan pada cutter jika
dikenakan pada benda kerja yang telah dicekam maka akan terjadi
gesekan/tabrakan sehingga akan menghasilkan pemotongan pada bagian benda kerja,
hal ini dapat terjadi karena material penyusun cutter mempunyai
kekerasan diatas kekerasan benda kerja.
2.2 Bagian-bagian
Mesin Frais
1. Spindle
utama
Merupakan bagian yang terpenting dari mesin
milling. Tempat. untuk mencekam alat potong.
2. Meja
/ table
Merupakan bagian mesin milling, tempat untuk clamping device atau benda kerja.
Merupakan bagian mesin milling, tempat untuk clamping device atau benda kerja.
3. Motor
drive
Merupakan bagian mesin yang berfungsi
menggerakkan bagian – bagian mesin yang lain seperti spindle utama, meja (
feeding ) dan pendingin ( cooling ).
4. Tranmisi
Merupakan bagian mesin yang menghubungkan motor penggerak dengan yang digerakkan.
Merupakan bagian mesin yang menghubungkan motor penggerak dengan yang digerakkan.
5. Knee
Merupakan bagian mesin untuk menopang / menahan meja mesin. Pada bagian ini terdapat transmisi gerakan pemakanan ( feeding ).
Merupakan bagian mesin untuk menopang / menahan meja mesin. Pada bagian ini terdapat transmisi gerakan pemakanan ( feeding ).
6. Column
/ tiang
Merupakan badan dari mesin. Tempat menempelnya bagian – bagian mesin yang lain.
Merupakan badan dari mesin. Tempat menempelnya bagian – bagian mesin yang lain.
7. Base
/ dasar
Merupakan bagian bawah dari mesin milling. Bagian yang menopang badan / tiang. Tempat cairan pendingin.
Merupakan bagian bawah dari mesin milling. Bagian yang menopang badan / tiang. Tempat cairan pendingin.
8.
Control
Merupakan pengatur dari bagian – bagian mesin yang bergerak.
Merupakan pengatur dari bagian – bagian mesin yang bergerak.
Gambar 2.1 Bagian-bagian mesin frais/milling
2.3 Kecepatan Potong dan Pemakanan
Keberhasilan pemotongan dengan mesin frais dipengaruhi
oleh kemampuan pemotongan alat potong dan mesin. Kemampuan pemotongan tersebut
menyangkut kecepatan potong dan pemakanan.
Kecepatan potong pada mesin frais dapat didefenisikan
sebagai panjangnya bram yang terpotong oleh satu mata potong pisau frais dalam
satu menit. Kecepatan potong untuk tiap-tiap bahan tidak sama. Umumnya makin
keras bahan, makin kecil harga kecepatan potongnya dan juga sebaliknya.
Kecepatan potong dalam pengefraisan ditentukan berdasarkan harga kecepatan
potong menurut bahan dan diameter pisau frais. Jika pisau frais mempunyai
diameter 100 mm maka satu putaran penuh menempuh jarak p x d = 3.14 x 100 = 314
mm. Jarak ini disebut jarak keliling yang ditempuh oleh mata pisau frais. Bila
pisau frais berputar n putaran dalam satu menit, maka jarak yang ditempuh oleh
mata potong pisau frais menjadi p x d x n. jarak yang ditempuh mata pisau dalam
satu menit disebut juga dengan kecepatan potong (V).
Pemakanan juga menentukan hasil pengefraisan.
Pemakanan maksudnya adalah besarnya pergeseran benda kerja dalam satu putaran
pisau frais. Pemakanan mempengaruhi gerakan bram terlepas dari benda. Faktor
dalamnya pemotongan dan tebalnya bram juga menentukan proses pemotongan.
Besarnya pemakanan di hitung dengan rumus :
Dimana :
f
= Besarnya pemakanan per menit
F
= Besarnya pemakanan per mata pisau
T
= Jumlah mata potong pisau
n
= Jumlah putaran pisau per menit
Bagian-bagian Mesin Frais dan Kegunaannya
Mesin frais
horizontal terdiri dari komponen atau bagian (lihat gambar 2.2) sebagai
berikut:
A. Lengan, untuk memindahkan arbor.
B. Penyokong arbor.
C. Tuas, untuk menggerakkan meja secara otomatis.
D. Nok pembatas, untuk membatasi jarak gerakkan otomatis.
E. Meja mesin, tempat untuk memasang benda kerja dan
perlengkapan mesin.
F.
Engkol, untuk
menggerakkan meja dalam arah memaniang.
G. Tuas pengunci meja.
H. Baut penyetel, untuk menghilangkan getaran meja.
I.
Engkol, untuk
menggerakkan meja dalam arah melintang.
J.
Engkol, untuk menggerakkan
lutut dalam arah tegak.
K. Tuas untuk mengunci meja.
L. Tabung pendukung dengan gang berulir, untuk mengatur
tingginya meja.
M. Lutut, tempat untuk kedudukkan alas meja.
N. Tuas, untuk mengunci sadel.
O. Alas meja, tempat kedudukkan untuk alas meja.
P.
Tuas untuk merubah
kecepatan motor listrik.
Q. Engkol meja.
R. Tuas untuk mengatur angka kecepatan spindle dan pisau
frais.
S.
Tiang untuk
mengatur turun-naiknya meja.
T.
Spindle, untuk
memutar arbor dan pisau frais.
U. Tuas untuk menjalankan mesin.
Gambar2.2MesinFrais
2.4 Macam-macam
Pisau Frais
Hasil-hasil bentuk
dari pekerjaan mesin frais tergantung dari bentuk pisau frais yang digunakan,
karena bentuk utama frais tidakberubah walaupun sudah diasah,
jadi tidak seperti pada pahat bubut yang disesuaikan menurut kebutuhan dan disamping bentuk-bentuk yang sudah tetap
frais itu sekelilingnya mempunyai gigi yang berperan sebagai mata
pemotongnya.
Gambar
2.3 Mata pisau frais
2.5 Kepala
Pembagi
Pada mesin frais selain mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan pengefraisan rata,
menyudut, membelok, mengalur dan sebagainya, dapat pula mengerjakan benda
kerja yang berbidang-bidang atau bersudut-sudut.
Yang dimaksud
dengan benda kerja yang berbidang-bidang adalah benda kerja yang mempunyai beberapa bidang atau bersudut atau
beralur yang beraturan, misalnya:
- Segi banyak beraturan
- Batang beralur
- Roda gigi
- Roda gigi cacing, dsb
Kepala pembagi ini
berfungsi untuk membuat bagian pembagian atau mengerjakan benda kerja yang
berbidang tadi dalam sekali pencekaman.
Dalam
pelaksanaannya, operasi tersebut diatas ada 4 cara pembagian yang merupakan
tingkatan, yaitu:
1. Pembagi langsung (direct indexing)
2. Pembagi sederhana (simple indexing)
3. Pembagi sudut (angel indexing)
4. Pembagi diferensial (differensial indexing)
Keempat cara
tersebut diatas memang merupakan tingkatan-tingkatan cara pengerjaan, artinya bila dengan cara pertama tidak bisa
digunakan, kita gunakan cara kedua dan seterusnya.
2.6 Cara Kerja Kepala Pembagi
Cara kerja kepala
pembagi adalah sebagai berikut:
Pada kepala pembagi
ini teipasang roda gigi cacing (worm gear) dan poros cacing
(worm shaft). Apabila poros cacing diputar 1 putaran, maka roda gigi cacing akan berputar 1/40 putaran danada juga 1/80
putaran.
1.1
Roda gigi
2.1
Cacing
3.1
Plat pembagi
Gambar 2.4 Bagian dan Kepala
Pembagi
Untuk mengatur
pembagian-pembagian tersebut, dilengkapi dengan plat pembagi (diving plat). Untuk memegang benda kerja dan
alat-alat bantu lainnya dilengkapi dengan chuck dan kepala lepas
(tail stock).
Untuk membuat segi banyak beraturan atau
membuat roda gigi, dapat menggunakan ramus sebagai berikut:
n =
Dimana :
n = putaran poros cacing
N = karakteristik kepala pembagi
Z = jumlah alur atau gigi yang
akan dibuat
Plat pembagi dilengkapi dengan lubang-lubang
pembagi dengan jumlah lubang masing-masing antara lain :
15, 16, 17, 18, 19, 20,
21, 23, 24, 27, 29, 31,
33, 37, 39, 41, 43, 47, 49
contoh:
contoh :
1.
Suatu benda kerja harus dibagi menjadi 5 bagian dengan jarak sama.
Jawab :
putaran poros cacing 8 putaran setiap
mengerjakan suatu bidang.
2.
Suatu benda kerja harus dibagi menjadi 6 bagian sama.
Jawab :
= 6 Putaran, 16 Lubang,
Padaketinggian24
putar poros cacing 6 2/3 putaran,. Untuk
tepatnya pembagian tersebut harus menggunakan plat pembagi yang memiliki
lubang, apabila dibagi 3 hasilnya genap. Untuk ini dipilh pembagi dengan jumlah
24 sehigga putaran poros cacing diputar 6 putaran ditambah 16 lubang.
2.7 Melepaskan Piring
Pembagi
Lepaskan mur yang ada diujung sumbu
cacing dan engkol pemutarnya dilepas
keluar. Buka skrup pengunci gunting dan lepaskan ring penjepitnya,
kemudian gunting keluarkan. Buka
semua skrup pengikat piring pembagi dan kemudian keluarkan piring pembagi dari sumbu cacing.
Untuk pemasangan dilakukan dari kebalikan urutan diatas.
Gambar 2.5 CaraMelepaskan
Piring Pembagi
2.8 Memasang
Benda Kerja Pada Kepala Pembagi
Kepala pembagi diwaktu mengfrais benda
kerja harus membuat putaran tertentu
sekiter sumbunya. Spindle kepala pembagi dapat dibuat dalam kedudukan
tegak mulai 5° dibawah mendatar dan 5°
lebih dari kedudukkan tegak lurus. Benda kerja dipasang antara dua senter, satu
senter dipasang dalam lubang spindle kepala pembagi dan lainnya dipasang pada
kepala lepas.
Gambar 2.6
Cara Memasang Benda Kerja pada Kepala Pembagi
2.9 Memasang
Benda Kerja Pada Penjepit Universal Dengan Tiga Cekam
Penjepit cekam dipasang pada kepala pembagi dalam keadaan
tegak Iurus terhadap meja kerja. Penjepit
cekam tiga biasanya untuk menjepit benda kerja yang bulat dan pendek.
Gambar2.7 Pemasangan Benda
Kerja pada Cekam Universal
2.10 Cara Menghitung Roda
Gigi
Roda gigi dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu
:
1.
Modul (M)
2.
Diameter pitch (DP)
3.
System cirrular pitch
Mata pisau roda
gigi (gear cutter) pun ada dua macam sesuai nama yang akan digunakan. Roda gigi
terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut :
a.
Lingkaran kepala
b.
Lingkaran tusuk
c.
Lingkaran kaki
d.
Tinggi kepala
e.
Tinggi kaki
Gambar 2.8 Roda Gigi
|
Ø
Jarak tusuk (Dt) Dt = Z x M
Ø
Jarak antara gigi = (P) P = ∏ x M
Ø
Lingkaran luar (D) D = (z + 2) M
Ø Dalam gigi = 1,8
Ø Tebal gigi (t) t = P/2
Ø Tinggi kepala (s) s = 1 x M
Ø Tinggi kaki 0,8 M
Ø
Kebebasan gigi pada alas (f) f = t/10
Pada frais gigi untuk tiap-tiap ukuran DP
terdiri dari satu set yang mempunyai 8 nomor yaitu dari no.1 s/d 8. nomor-nomor
tersebut gunanya untuk pembuatan jumlah gigi-gigi tertentu sesuai kebutuhannya.
Dibawah ini dapat diperhatikan contoh dari satu set cutter modul frais gigi.
No. Cutter
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
Jumlah gigi
|
12-13
|
14-16
|
17-20
|
21-25
|
26-34
|
35-54
|
55-134
|
135-rack
|
BAB III
PROSES KERJA
3.1
Mesin Bubut
3.1.1
Tujuan Praktikum Mesin Bubut
Tujuan Praktikum Mesin Bubut adalah sebagai berikut :
a.
Mempelajari mengoperasikan atau menggunakan mesin bubut dan dapat menguasai
proses kerja dengan benar , savety dan baik.
b.
Mengetahui dan memahami komponen-komponen mesin bubut beserta fungsinya.
c.
Mempelajari membuat gambar kerja dari mesin bubut, dan dapat menjelaskan hasil
benda praktikum lewat gambar teknik.
d. Melatih
kerjasama antar individu.
e. Melatih kreativitas dalam proses pembuatan
benda kerja.
3.1.2
Bahan dan Alat Beserta Fungsi
Bahan bahn
yang digunakan dalam praktikum teknik mesin dasar ini yaitu :
a.
Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum mesin bubut adalah
batang besi silinder.
b.
Alat
Alat yang digunakan pada praktikum mesin bubut yaitu :
1. Mesin Bubut, berfungsi
untuk menyayat benda kerja supaya berbentuk yang sesuai perintah.
2. Gergaji, berfungsi untuk
memotong bahan atau benda kerja (batang besi)
3. Jangka Sorong, berfungsi
untuk mengukur diameter bahan atau benda kerja.
4. Mistar, berfungsi untuk
mengukur panjang bahan atau benda kerja yang akan digunakan.
5. Raguum, berfungsi untuk
menjepit atau menggengam benda kerja.
6. Wearpack, berfungsi untuk
melindungi tubuh.
7. Kacamata, berfungsi untuk
melindungi mata dari serbuk dan serpihan besi.
8. Safetyshoed, berfungsi
untuk melindungi kaki dari benda yang terjatuh.
9. Kunci
Cekam, berfungsi untuk mengendurkan/mengencangkan chuck.
10. Kunci Pas, berfungsi untuk
mengencangkan/mengendurkan rumah pahat.
3.1.3
PROSES KERJA
Mesin Bubut
Sebelum memasuki laboraturium teknik
mesin dasar kita wajib menggunakan atau memakai wearpack, kacamata, dan
shaftyshoes. Lalu membaca buku panduan atau buku modul tentang proses kerja
mesin bubut, dan menunggu arahan dari assisten laboraturium teknik mesin dasar
sebelum menggunakan mesin bubut.
Kemudian menyiapkan bahan dan
alat-alat yang digunakan, lalu mengukur benda kerja (batang besi silinder)
dengan ukuran panjang 100 mm, diameter lingkaran 30 mm.
Setelah mengukur ukuranya lalu memberi tanda yang
diukur menggunakan spidol agar tidak sulit melakukan pemotonganyadan lebih
akurat. Lalu menjepit benda kerja pada raguum dan memotong benda kerja dengan
menggunakan gergaji tangan pada tanda yang telah diberi tanda hingga benda
terbagi dua yang pertama panjangnya 100mm dan diameter 30mm dan benda yang
kedua berukuran panjang 30 mm dan berdiameter 30 mm.
Setelah benda kerja dipotong. Lalu
menyiapkan dan menyetel mesin bubut dengan memasang dan mengatur kedudukan pahat,
agar posisi ujung potong pahat tepat pada titik center dari kepala
lepas. Lalu nyalakan mesin bubut dan segera melakukan bubut pada dua sisi benda
kerja secara perlahan dengan ukuran bubut rata semua berdiameter 20 ukur dengan sikmat panjang 10 mm ,5mm,
15mm .
Lalu panjang 5 mm tadi bubut sampai berdiameter 15 lalu
bubut yg panjangnya 15 bubut sampai berdiameter 10 kedua 40 mm dan 80 mm
tandai bubut yang 40 mm sampai berdiameter 20 mm
Setelah benda kerja terbentuk sesuai
ukuran, matikan mesin bubut. Setelah itu membuat tirus dengan benda kerja
menggunakan eretan atas, untuk tirus luar dan dalam dengan sudut yang besar
menggunakan rumus tan α =
,lalu menggunakan tapperrattachment untuk tirus
luar dan dalam dengan sudut kecil. Kemudian nyalakan lagi mesin bubutnya dan
kemudian bubut secara perlahan. Lalu snailah benda kerja yang kecil agar
terbentuk ulir luar.
Setelah benda berbentuk ulir luar lepas
benda kerja dari raguum dan snai
Kemudian bor benda kerja yang lebih
panjang menggunakan mata bor 16mm menggunakan mesin bor. Setelah benda terlubangi,
kemudian pindahkan benda kerja ke raguum dan kencangkan tuas raguum hingga
benda tidak goyang atau bergerak agar proses tirus dalam berjalan lancar. Lalu
gunakan rumus tan α =
, untuk tirus dalam. Lalu tap benda kerja dan buat lah
ulir dalam.
Kemudian
satukan benda yang telah di tap dan snai.
Setelah praktikum selesai, lalu membersihkan sisa-sisa sampah bekas hasil
proses pembubutan dan menyimpan semua alat-alat yang telah digunakan.
Mesin Bor
Sebelum memasuki laboraturium teknik mesin dasar kita
wajib menggunakan atau memakai wearpack, kacamata, dan shaftyshoes. Lalu
membaca buku panduan atau buku modul tentang proses kerja mesin bubut, dan
menunggu arahan dari assisten laboraturium teknik mesin dasar sebelum
menggunakan mesin bor.
Potonglah benda kerja sesuai yang kita inginkan.
Kemudian carilah titik center dari benda kerja menggunakan mistar dan spidol.
Setalah ditemukan titik centernya masukan benda kerja ke raguum mesin bor.
Kemudian kencangkan tuas raguum pada mesin bor.
Lalu pilih mata bor yang berukuran 16mm. Kemudian
masukan mata bor pada chuck dankencangkan mata bor menggunakan kunci cekam.
Setelah itu nyalakan mesin bor dan tekan tuas mesin bor secara perlahan agar
tidak menembus alas mesin bor. Setelah benda terlubangi matikan mesin bor.
Setelah selesai bersihkan sisa sisa sampah benda
kerja. Rapihkan alat alat yang telah digunakan.
Mesin Frais
Sebelum memasuki laboraturium teknik mesin dasar kita
di wajibkan mengenakan werpack agar lebih aman dan savety ketika menggunakan
mesin. Kemudian bacalah buku panduan atau buku modul tentang proses kerja mesin
frais dan menunggu arahan dari assisten laboraturium teknik mesin dasar sebelum
menggunakan mesin frais.
Sebelum menggunakan mesin frais kita harus melalui
beberapa tahapan dulu sebelum mebuat roda gigi. Lalu potong kayu dengan ukuran
10x10cm menggunakan gergaji.
kemudian buatlah titik center menggunakan spidol dan
mistar untuk dilubangi di mesin bor. Masukan benda kerja ke raguum mesin bor,
kemudian kencangkan tuas raguumnya, sebelum menyalakan mesin masukan mata bor
ukuran 16mm ke chuck bor, kemudian aturlah kecepatan mesinnya. Lalu centerkan
benda kerja dengan mata bor, kemudian tekan tuas bor secara perlahan ke benda
kerja. Setelah benda terlubangi angkat bor dari benda kerja kemudian lepaskan
benda kerja dari raguum dengan mengendurkan tuasnya.
Setelah di bor di lanjutkan ke mesin bubut terlebih
dahulu agar benda berbentuk lingkaran. Masukan benda kerja ke as penjepit yang
berada di chuck mesin bubut. Kemudian aturah kecepatan putar mesin bubut dan
bubutlah secara perlahan hingga benda berukuran diameter 60cm dan panjang 40cm.
Setelah benda berbentuk lingkaran, lepaskan benda kerja dari as penjepit mesin
bubut dan ukur kembali benda kerja. Kemudian masukan benda kerja ke as mesin
frais dan kuncilah as penjepit dengan kunci pas. Kemudian hitung rumus roda
gigi
Setelah memasukan rumus kemudian aturlah ketinggian
meja mesin/kedalaman pemakan 4 mm dengan cara putar tuas dari titik 0 mm
sebanyak 2 kali putaran. Lakukan pemakanan menggunakan hasil n (putaran poros
cacing). Kemudian nyalakan mesin frais dan putar tuas secara perlahan. Setelah
di milling dan benda kerja telah memiliki 18 roda gigi kemudian matikan mesin frais
dan jauh kan pisau dari benda kerja. Lalu lepaskan benda kerja dari as penjepit
dan kikirlah roda gigi pada benda kerja agar halus.
Kemudian ukur kembali benda kerja dan bersihkan
sisa-sisa sampah dari benda kerja. Kemudain simpan kembali alat-alat yang telah
digunakan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada
praktikum proses produksi yang telah dilakukan menghasilkan produk seperti
membubut tirus, mengebor benda kerja, membuat roda gigi menggunakan mesin
frais. Dari seluruh praktikum proses produksi dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
·
Mahasiwa teknik mesin harus bisa bekerja dengan baik, teliti,
terampil dan bertanggung jawab agar produk yang dihasilkan berkualitas
·
Mahasiswa jurusan teknik mesin harus dapat mengukur,
menganalisa, dan membuat gambar teknik. Karena gambar teknik adalah awal dari
perancangan sebuah produk yang divisualisasikan melalui media gambar atau
visual yang memiliki standar. Dari gambar kita dapat mengetahui bentuk dan
berapa ukuran dari produk yang akan dibuat.
·
Bahwa selama proses pengerjaan menggungakan mesin mahasiswa
harus mengetahui aturan –aturan serta rumus dari menggunakan mesin bubut, mesin
bor, dan mesin frais.
·
Mahasiswa jurusan teknik mesin harus mengetahui alat-alat atau
perkakas yang digunakan untuk mengoperasikan mesin dan harus mengetahui
komponen serta fungsi dari komponen mesin tersebut agar tidak terjadi kesalahan
saat menggunakan mesin.
·
Mahasiswa jurusan teknik mesin harus mengenal jenis-jenis mata
pahat pada mesin bubut, mata pisau pada mesin frais, dan bagian dari mesin bor.
·
Mesin-mesin yang digunakan selama praktikum proses produksi
adalah mesin bubut,mesin bor dan mesin frais.
4.2. Saran
Untuk dapat meningkatkan efektifitas pada proses produksi, maka
diperlukan suatu saran/usulan. Praktikan akan memberikan saran yang bersifat
membangun sebagai berikut :
·
Sebelum memulai praktikum proses produksi, penjelasan tentang
mesin beserta komponen dan fungsinya harus secara mendetail. Sehingga
kesalahan-kesalahan dalam proses praktikum dapat terhindari.
·
Kurangnya perawatan pada mesin-mesin di Laboratorium Teknik
Mesin Dasar. Mesin-mesin tersebut harus dirawat agar kinerja dan produktivitas
tetap terjaga.
·
Kurangnya kebersihan di dalam laboraturium teknik mesin dan
kurangnya alat untuk keselamatan kerja seperti kacamata.
·
Penjelasan mengenai pembuatan laporan akhir praktikum proses
produksi masih kurang jelas.
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku modul praktikum Proses Produksi 1 semester ganjil
2. Data data dari hasil praktikum di Laboraturium Teknik Mesin
Dasar, Depok, 2015
3.http://www.teknikmesin.org/perbedaan-mengetap-dan-menyenei/
LAMPIRAN
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus